Sabtu, 28 April 2012

Hotel di Dubai, Tarif Termahal tetapi Tingkat Hunian Tertinggi



DUBAI – Ingin menikmati suasana bawah laut dengan mewah, melihat lumba-lumba dari laut Pasifik Selatan berenang di sekitar tempat tidur Anda? Ini bukan lagi mimpi, karena Hotel Atlantis di Dubai  menawarkan sensasi tersebut.
Tarifnya memang cukup fantastis di tengah krisis finansial global saat ini, yaitu GBP 13 ribu (sekitar Rp 225 juta) semalam. Atau Rp 9,3 juta per jam. Atau Rp 156 ribu per menit.
Segmen pasarnya jelas bukan orang kaya biasa, tapi orang yang ultrakaya.  Seperti yang dilansir Dailymail, tarif Rp 225 juta per malam itu untuk tiga tempat tidur, tiga kamar mandi lengkap dengan satu set meja kursi makan berlapis emas 18 karat.
Pemilik hotel sangat optimis mereka bisa mendapatkan tingkat okupansi tinggi di antara 1.539 kamar, meskipun saat ini kondisi perekonomian global mengalami ketidak pastian, dan menggerogoti perekonomian kalangan kaya. Mereka memfokuskan pada turis kaya dari Eropa, Russia, Asia dan dari Timur Tengah.

”Orang-orang tetap akan mengambil paket liburan keluarga,” ujar Alan Leibman, president and managing  director Kerzner International, operator hotel yang bekerja sama dengan developer Dubai Nakheel untuk pengelolaan resort tersebut. ”Dubai masih memiliki nilai tambah bila transaksi dilakukan dengan Poundsterling atau Euro,” tambahnya.
Hotel yang menghabiskan Rp 13,8 triliun itu dibangun di atas pulau buatan di pantai Dubai. Pembangunannya seakan melengkapi berbagai proyek kemewahan seperti indoor ski slope, tempat ski salju in door terbesar di dunia. Menara tertinggi didunia Burj Dubai yang hingga kini masih dalam tahap pembangunan. Serta proyek terkecil dari ketiganya, yaitu pulau buatan pemerintah Dubai yang disebut Palm Jumeirah.
”Anda tidak akan membangun proyek senilai USD 1,5 miliar ditempat sembarangan,” ujar Alan Leibman, president and managing  director Kerzner International, operator hotel yang bekerja sama dengan developer Dubai Nakheel untuk pengelolaan resort tersebut.

Memang kemewahan yang ditawarkan tidak ada duanya di dunia. Namun ada satu resort di Bahamas yang menawarkan tema samudra untuk keluarga. Resort tersebut memiliki tangki raksasa terbuka dengan 65 ribu jenis ikan, ikan pari dan berbagai mahluk bawah laut. Selain itu juga terdapat akuarium lumba-lumba. Lebih dari dua lusin lumba-lumba hidung botol hidup di sana, mereka berenang dari kepulauan Solomon.
Meski demikian pembangunan hotel ini tidak berjalan mulus. Berbagai elemen yang mengatasnamakan lingkungan mengkritisi berbagai fitur yang ada dalam hotel Atlantis itu. MEreka mengatakan pembangunan hotel itu merusak batu karang dan aliran air laut. Seperti penambahan air dan konsumsi listrik.

Tahun lalu kelompok dan beberapa penduduk di kepulauan Solomon  protes mengenai penjualan lumba-lumba, dan 30 jam perjalanan pesawat untuk menerbangkan mamalia itu ke Dubai.


Para analis juga menyatakan gejolak perekonomian dunia ini suatu saat dapat menyurutkan kehadiran turis di Dubai.
Namun hal itu tidak menyurutkan langkah Dubai menawarkan kemewahan bagi wisatawan. Semakin mengeringnya tambang minyak, Dubai berharap dengan adanya fasilitas pariwisata ini bisa mendukung pendapatan pemerintah. Resort seluas 538 hektare di teluk Persia Dubai itu, suatu saat diharapkan dapat menstabilkan perekonomian regional, bila profit dari minyak berhenti.

Bahkan miliuner AS Donald Trump berencana membangun hotel di tengah pulau buatan itu. Palm Jumeirah sendiri sudah menjadi salah satu daya tarik turis di Dubai. Meningkatkan angka wisatawan  menuju pulau tersebut. ”Tidak hanya menambah jumlah wisatawan tapi juga membuat mereka meluangkan waktu dan menghabiskan uang di Dubai,” ujar Joe Cita, chief executive divisi perhotelan Nakheel.

Pada 2010, Dubai bertekad meningkatkan jumlah pengunjung hotel hingga 10 juta per tahun. Meningkat 7 juta pengunjung pada 2007. Atlantis sendiri akan meningkatkan okupansi hotel di kota itu hingga 3 persen. Sejauh ini permintaan masih tinggi. Menurut perusahaan layanan profesional Deloitte Touche Tohmatsu, Timur Tengah memiliki okupansi hotel tertinggi didunia pada semester pertama. Kawasan Dubai tertinggi dengan okupansi 85,3 persen, dengan tarif rata-rata tertinggi.