Senin, 09 April 2012

Hati hati Belanja Obat saat Wisata Medis di Asia

Viagra adalah salah satu obat dunia yang paling sering dipalsukan (Foto: CNNGo)
Viagra adalah salah satu obat dunia yang paling sering dipalsukan (Foto: CNNGo)




SAAT bepergian ke Asia dan Anda mempunyai keluhan kesehatan, berhati-hatilah. Pasalnya, beberapa negara di wilayah ini banyak ditemukan pembuatan dan penjualan obat palsu.

Beberapa negara seperti Kamboja, Laos, dan Myanmar menjadi pusat perhatian khusus lantaran banyak penjaja obat palsu yang menggunakan heroin, dan beberapa jaringan penyelundupan shabu di sekitar "Segitiga Emas" menggunakan ketiga negara tersebut untuk tempat masuk obat-obatan dengan melintasi perbatasan.

“Hati-hati pada apa yang Anda beli dan di mana membelinya”,
adalah pesan dari para ahli pada forum obat-obat palsu di Bangkok, baru-baru ini, kepada konsumen dan wisatawan medis.

Forum kesehatan tersebut bahkan mengungkap, sekira 3.000 orang diperkirakan meninggal setiap hari di seluruh dunia setelah mengonsumsi obat palsu. Mantan pejabat bea cukai, sekarang direktur senior regional (Asia Pasifik) di Global Pfizer Security, Scott Davis, mengatakan bahwa Viagra adalah obat produksi Pfizer yang paling sering dipalsukan. Demikian seperti dikutip CNNGo, Rabu (28/3/2012).oleh okezone

Satu di antara tiga obat adalah palsu

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 10-30 persen obat-obatan yang dijual ke negara-negara miskin adalah palsu. Scoot percaya bahwa industri obat palsu juga tumbuh lebih cepat daripada industri obat yang resmi.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Center for Disease Control and Prevention/CDC) menyarankan wisatawan untuk menghindari obat-obatan yang dijual di jalan, juga memperhatikan kualitas obatan-obatan dalam kemasan. Sebaliknya, wisatawan diharapkan membeli obat di apotek atau merek terkenal dan membayar harga standar, terlepas dari daya tarik pengobatan murah yang tersedia di pinggir jalan.

Scoot mengatakan tidak pernah mendengar insiden yang melibatkan apotek atau merek obat ternama di Asia, jadi penting untuk konsumen memeriksa bahwa obat yang dibeli memiliki lisensi resmi dari Kementerian Kesehatan setempat ataupun apotek memiliki apoteker berlisensi.

Untuk menekan pembuatan dan peredaraan obat palsu, pada November 2011, pemerintah China telah memenjarakan delapan produsen pil biru palsu. Tindakan lain yang dilakukan pemerintah China adalah memberatkan hukuman bagi para pelaku pemalsuan dan pembuatan obat palsu.

Menurut Anna-Lise Sauterey, seorang peneliti Institut untuk Penelitian Kontemporer Asia Tenggara (IRASEC) yang berbasis di Bangkok, negara-negara seperti Australia, Hong Kong, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, dan Amerika Serikat telah disusupi obat-obatan palsu lewat pembelian online."Lebih dari 50 persen dari obat yang dijual online adalah palsu," kata Anna.